mama dan anak
anak belajar uang - catatan belajar

Mengenalkan Uang pada Anak SD

Sejak anak saya masih TK, dia tidak pernah saya bekali uang saku untuk jajan karena sudah terbiasa membawa bekal. Ketika saya ajak ke minimarket pun, dia jarang sekali minta yang aneh-aneh. Namun, begitu ia masuk SD, pemikiran saya berubah. Saya sadar, ini adalah momen penting untuk mulai mengenalkan uang. Bukan hanya tentang menyimpan, tapi juga tentang spending atau cara membelanjakannya dengan bijak.

Ada beberapa cerita dari orang tua lain yang sering saya dengar dan saya melihat ada beberapa pola yang sering terjadi:

  • Orang tua memberi anak uang jajan tanpa arahan jelas, jadi setiap hari hanya habis untuk jajan tanpa tujuan.
  • Orang tua selalu menuruti setiap permintaan uang jajan, membuat anak jadi terbiasa menuntut.
  • Orang tua tidak memberi anak uang jajan sama sekali, dan kadang membuat mereka merasa “sendirian” melihat teman-temannya pergi ke kantin.

Disclaimer: Saya bukan financial advisor. Tulisan ini murni pengalaman pribadi. Selalu lakukan riset dan atur keuangan sesuai kondisi masing-masing.

Saya tidak punya pandangan ini benar atau salah, karena setiap keluarga punya situasinya sendiri. Namun, dari pengalaman saya, ada beberapa hal kecil yang bisa kita terapkan di rumah agar anak bisa melek finansial sejak dini.

1. Mengajarkan Anak Menunggu (Kebutuhan vs. Keinginan)

Ketika anak meminta sesuatu, entah itu makanan atau mainan, coba tanyakan pada diri sendiri: apakah ini kebutuhan atau hanya keinginan? Bila itu keinginan, ajak anak untuk sabar dan menunggu. Ini melatih mereka memprioritaskan dan mengendalikan diri.

  • Anak: “Bun, aku ingin mobil-mobilan yang dijual di depan gerbang sekolah itu.”
  • Bunda: “Baik, tapi tidak hari ini ya Nak. Kita simpan uangnya untuk membeli bahan makanan di pasar dulu. Bagaimana kalau minggu depan?”

2. Mengajarkan Anak Bijak dalam Pengeluaran

Meskipun sudah membawa bekal, tidak ada salahnya sesekali memberikan uang saku. Tujuannya bukan untuk jajan, tapi sebagai latihan mengelola uang.

Misalnya, berikan uang saku Rp 5.000 untuk sehari. Kita sebagai orang tua bisa beri pengertian bahwa anak bisa menggunakan uang tersebut untuk hal-hal mendadak, seperti membeli pensil di koperasi siswa jika pensilnya hilang. Selebihnya, anak bisa menabung uang sisanya.

3. Memberi Apresiasi pada Anak

Setiap hari, biasakan untuk bertanya kepada anak, “Apakah ada pengeluaran hari ini?” atau “Sisa uang sakunya masih ada?”

Ketika anak berhasil tidak jajan dan uang sakunya masih utuh, berikan ia apresiasi. Bukan dalam bentuk uang, tapi pujian, misalnya, “Wah, hebat! Kamu sudah membuat keputusan yang bijak.” Pujian ini akan mendorong anak untuk lebih konsisten menyisihkan uang sakunya.

4. Mengajarkan Konsep Sebab-Akibat

Kita setidaknya mengajarkan anak bahwa setiap keputusan finansial ada konsekuensinya.

  • Sering jajan sembarangan akibatnya sakit perut dan tidak bisa menabung untuk membeli kebutuhan lain.
  • Sering menunda jajan akibatnya uang bisa terkumpul untuk membeli keinginan sendiri dan makanan pun lebih terjaga.

5. Membahas Uang di Rumah (Sejak Dini)

Libatkan anak dalam kegiatan finansial sederhana di rumah. Biarkan mereka melihat kita mencatat pengeluaran. Anak-anak biasanya akan penasaran dan ingin meniru.

Bahkan, kita bisa mengenalkan konsep investasi dengan bahasa yang paling sederhana. Saya akan ambil contoh saham yang diibaratkan dengan angsa bertelur emas:

“Nak, apabila kamu punya seekor angsa yang bertelur emas, apa yang kamu lakukan? Rawat angsanya baik-baik supaya bisa terus bertelur. Kamu bisa jual sebagian telur yang sudah terkumpul banyak dan uangnya bisa dibelikan angsa baru lalu sisanya untuk diri kamu sendiri.”

Mulai dari hal-hal kecil seperti ini, kita bisa membantu anak menjadi lebih melek keuangan sejak dini.

Halo Mam, Kenalin aku Mam Yuni, ibu dari anak-anak sehat yang menulis blog ini sebagai jurnal aku belajar uang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *