Dulu saya paling males banget mencatat pengeluaran. Rasanya ribet, susah, dan bikin pusing. Waktu masih jadi anak kos, pencatatan keuangan itu cuma sebatas: biaya hidup sekian, bayar kos sekian, transfer ke orang tua sekian. Selesai.
Tapi setelah menikah dan punya anak, ceritanya beda. Keuangan keluarga itu harus ekstra hati-hati, supaya nggak boncos di akhir bulan.
Kendala Mencatat Pengeluaran
Kendala terbesarku ada dua:
- Pengeluaran tunai tanpa struk
Misalnya belanja di pasar tradisional. Masa iya setiap beli sayur harus langsung dicatat? Kalau nggak dicatat, harus diingat-ingat — ujung-ujungnya lupa. Kalaupun ada struk, seringnya malah nyelip dan hilang. - Terlalu banyak kategori pengeluaran
Saya pribadi belum terbiasa memisahkan pengeluaran jadi terlalu banyak kategori. Alih-alih rapi, malah bikin ribet sendiri.
Awalnya saya sempat menyerah. Tapi lama-lama saya belajar dari buku, podcast, dan artikel, sampai akhirnya nemu metode yang lebih sederhana dan nggak makan waktu.
Disclaimer: Saya bukan financial advisor. Tulisan ini murni pengalaman pribadi. Selalu lakukan riset dan atur keuangan sesuai kondisi masing-masing.
1. Pay Yourself First
Metode ini mengajarkan kita untuk menyisihkan (bukan menyisakan) uang untuk tabungan dan investasi begitu gaji masuk. Saya terinspirasi dari buku The Latte Factor. Intinya, prioritaskan masa depan dulu sebelum membelanjakan sisanya.
2. Zero Budgeting
Cocok untuk pemasukan pas-pasan. Misalnya, dengan gaji 5 juta, saya alokasikan semuanya sampai sisa 0:
- 1 juta untuk tabungan
- 1,5 juta untuk tagihan
- 2,5 juta untuk kebutuhan hidup
Tujuannya supaya setiap rupiah sudah punya “tugas” masing-masing.
3. Kakeibo
Ini metode pencatatan ala Jepang yang membagi pengeluaran jadi 4 kategori:
- Kebutuhan pokok (survival) – makan, belanja bulanan, listrik, air, internet.
- Keinginan – hal-hal yang bisa ditunda, seperti membeli baju atau pergi makan di restoran.
- Hiburan (Culture) – untuk memperkaya diri, misalnya beli buku, ikut kursus, atau nonton film.
- Dana ekstra – pengeluaran di luar anggaran, seperti berobat saat sakit. Tapi ada juga yang mengartikan dana darurat.
Cara Mengakali Pencatatan Cash
Untuk pengeluaran tunai, saya pakai trik alokasi mingguan dan langsung catat setiap habis belanja. Jadi nggak numpuk dan lebih hemat waktu. Saya juga lebih sering belanja pakai QRIS atau online untuk kebutuhan bulanan karena lebih mudah melacak pengeluaran.
Kesimpulan:
Mencatat pengeluaran itu penting, tapi nggak harus ribet. Kuncinya adalah menemukan metode yang sesuai kebutuhan dan mengatasi kendala yang kita hadapi. Dan yang paling penting, konsistensi. Tanpa itu, secanggih apapun metode yang dipakai, tetap akan berantakan.